Apakah ada dan apa saja pengaruh teknologi digital pada kognisi manusia? Menurut Nicholas Carr, seorang seorang jurnalis dan penulis Amerika yang telah menerbitkan buku dan artikel tentang teknologi, bisnis, dan budaya, menuliskan dalam sebuah bukunya tentang beberapa efek jangka panjang penggunaan teknologi digital pada kognisi manusia.
Dalam bukunya The Shallows: What the Internet Is Doing to Our Brains yang menjadi finalis Penghargaan Pulitzer 2011, Carr menunjukkan bagaimana teknologi yang baru diperkenalkan mengubah cara orang berpikir, bertindak, dan hidup.
Buku ini berfokus pada pengaruh Internet yang merugikan—meskipun mengakui aspek-aspeknya yang bermanfaat. Salah satu poin utama Carr adalah bahwa perubahan yang disebabkan oleh Internet melibatkan restrukturisasi fisik otak manusia.
Anda tidak harus membaca keseluruhan isi buku karya Nicholas Carr tersebut, Anda dapat membaca ringkasannya dalam artikel ini. Sebelum melanjutkan untuk mencari tahu apa saja pengaruh teknologi digital pada kognisi manusia, ada baiknya Anda simak sebuah kisah di bawah ini.
Seratus lima belas tahun yang lalu, EM Forster menerbitkan sebuah cerita pendek (The Machine Stops, 1909, The Oxford and Cambridge Review ) tentang skenario futuristik di mana sebuah mesin misterius mengendalikan segalanya, dari pasokan makanan hingga teknologi informasi. Dalam situasi yang mengingatkan kita pada peristiwa internet dan teknologi digital masa kini, dalam distopia ini, semua komunikasi dilakukan dari jarak jauh dan pertemuan tatap muka tidak lagi terjadi. Mesin mengendalikan pola pikir, karena membuat semua orang bergantung padanya. Dalam cerita pendek tersebut, ketika mesin berhenti bekerja, masyarakat runtuh.
Kisah ini memunculkan banyak pertanyaan, yang masih relevan hingga saat ini, tentang dampak teknologi digital pada otak manusia. Berikut tujuh pengaruh teknologi digital pada kognisi manusia.
Daftar isi
Pengaruh Teknologi Digital pada Kognisi Manusia
1. Perubahan dalam Struktur Otak.
Carr mengemukakan bahwa internet mengubah cara otak kita bekerja melalui fenomena yang disebut *neuroplasticity*, yaitu kemampuan otak untuk membentuk ulang dirinya sendiri berdasarkan pengalaman. Penggunaan internet secara intens menyebabkan otak kita lebih terbiasa dengan pemrosesan informasi yang cepat dan dangkal, daripada pemikiran mendalam dan analitis.
2. Penurunan Kemampuan Fokus dan Konsentrasi.
Internet, dengan strukturnya yang didesain untuk memberikan stimulasi yang cepat (misalnya, klik, iklan, notifikasi), cenderung menurunkan kemampuan kita untuk fokus pada satu hal dalam waktu yang lama. Akibatnya, kemampuan kita untuk membaca dan merenung secara mendalam berkurang, karena kita terbiasa dengan distraksi terus-menerus.
3. Pemrosesan Informasi yang Dangkal.
Menurut Carr, internet mendorong pola pikir *skimming*—menggali informasi secara cepat tanpa benar-benar menyelami atau merenungkannya. Ini memengaruhi kemampuan kita untuk mengingat dan memahami informasi secara mendalam. Dengan terbiasa melompat dari satu informasi ke informasi lain, kemampuan kita untuk melakukan pemikiran yang lebih dalam dan reflektif terhambat.
4. Kehilangan Kapasitas untuk Pemikiran Linear.
Pengalaman membaca tradisional, seperti membaca buku, melibatkan pemikiran linear dan mendalam, di mana pembaca mengikuti alur cerita atau argumen dari awal hingga akhir. Internet, di sisi lain, mendukung pemikiran yang lebih fragmentaris, di mana orang lebih sering berpindah-pindah antara topik atau sumber yang berbeda. Ini mengurangi kemampuan kita untuk mengikuti argumen yang lebih kompleks atau narasi yang panjang.
5. Efek pada Memori Jangka Panjang.
Carr mengemukakan bahwa internet memengaruhi cara kita menyimpan dan mengakses informasi. Alih-alih menyimpan informasi dalam memori jangka panjang, kita cenderung mengandalkan internet sebagai *external memory*. Hal ini membuat kita kurang mampu menyimpan informasi penting dalam pikiran kita sendiri dan mengaksesnya tanpa bantuan teknologi.
6. Ketergantungan pada Teknologi.
Karena internet memudahkan kita untuk menemukan jawaban dengan cepat, kita semakin bergantung pada teknologi untuk menyelesaikan masalah atau menemukan informasi. Ketergantungan ini menurunkan keterampilan kognitif kita yang terkait dengan penyelesaian masalah yang lebih mendalam dan mandiri.
7. Pengaruh pada Kreativitas.
Carr juga berpendapat bahwa kreativitas dan inovasi membutuhkan waktu untuk berpikir mendalam dan berelaborasi pada ide-ide. Dengan pola pikir yang terbiasa berpindah cepat antara berbagai informasi, ruang untuk refleksi dan pemikiran kreatif berkurang. Hal ini berpotensi menghambat kreativitas dalam jangka panjang.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, Nicholas Carr menyimpulkan bahwa internet telah membawa perubahan signifikan pada cara kita berpikir dan belajar. Pola pikir yang cepat dan dangkal menggeser kemampuan kita untuk fokus, berpikir mendalam, dan merenungkan informasi dengan serius. Ini merupakan perubahan jangka panjang yang dapat memengaruhi perkembangan intelektual individu dan masyarakat secara keseluruhan. Carr menyarankan bahwa meskipun teknologi digital memberikan banyak manfaat, kita harus lebih berhati-hati dalam penggunaannya untuk menjaga kapasitas kognitif kita yang lebih mendalam dan kreatif.
Begitulah pengaruh teknologi digital menurut Nicholas Carr. Tidak dapat dipungkiri sedikit atau banyak, penggunaan teknologi digital berpengaruh pada cara kita hidup. Pengaruhnya berbeda-beda di berbagai kelompok usia, dengan dampak yang berbeda-beda pada anak-anak, dewasa muda, dan orang dewasa yang lebih tua.
Memahami dampak spesifik dan faktor perkembangan yang memoderasi dampak ini sangat penting untuk mendorong penggunaan teknologi digital yang sehat dan bermanfaat. Para orang tua agar bersikap bijak, sebaiknya tidak membiasakan penggunaan teknologi digital kepada anak-anak usia belajar produktif.
Baca juga artikel menarik lainnya.